Kita dianjurkan harus menjaga jarak dengan orang lain.
Itu berarti menjauhi kerumunan seperti tidak pergi ke pasar, sekolah/bekerja dari rumah, atau saat antri di kasir Indomaret, selalu mengingatkan, “Maaf mas, silakan mundur sedikit. Berdirilah sesuai garis yang telah disediakan.”
Tempat potong rambut termasuk salah satunya. Atau setidaknya, bagi saya harus saya hindari. Saya sendiri jarang pergi ke pasar dan lebih sering pergi ke barbershop.
Namun, itu harus berhenti. Mempersilakan saya untuk memotong rambut sendiri. Mungkin, selain faktor kesehatan dan keamanan pribadi, potong sendiri sepertinya bisa menghemat uang 20 ribu setiap bulan.
Apa saja yang dibutuhkan?
Gunting dan cermin.
Gunting bisa dibersihkan dulu. Terutama dari bau-bau micin Indomie.
Cermin sudah ada di kamar, juga di kamar mandi. Kamera depan handphone pun siap jadi cadangan.
Karena rambut sudah terlanjur panjang, kalau salah potong, memperbaikinya lebih mudah.
Tujuannya juga sederhana. Rapi. Itu sudah lebih dari cukup.
Saya ambil pinggiran rambut saya di sebelah kanan dan kiri terlebih dahulu. Ditarik dengan satu tangan, dijepit di antara dua jari, lalu potong.
Kemudian, rambut bagian belakang. Tinggal potong ujungnya sedikit, selesai.
Yang paling sentral, justru di bagian depan. Bagian poni dan atas kepala. Ini yang paling sering disisir dan dibentuk sedemikian rupa.
Untuk main amannya, ya potong saja sedikit. Daripada potong banyak, lalu menyesal.
Kalau ditanya, apakah hasilnya bagus?
Tentu tidak.
Saya sangat yakin cukur rambut bukanlah passion saya.
Yang penting, rapi dan tidak seperti semak belukar, itu saja sudah lebih dari cukup.
- short description about the writer-
Posting Komentar