Saatnya mereview film yang sedang
naik daun, Comic 8. Film yang
bergenre action comedy ini sekarang sudah ditonton hampir 600 ribu, sebuah
pencapaian yang luar biasa pada awal tahun 2014. Sebelum saya menonton film
ini, saya sudah mengenal para pemerannya. Saya sudah tau mereka comedian
jebolan stand up comedy dan saya juga sudah mengetahui jokes mereka di panggung
seperti apa. Jadi, saya sudah cukup mengenal dengan para tokohnya. Mungkin
penilaianku agak berbeda jika saya belum pernah tau siapa mereka. Ya setidaknya
itu pendapat saya.
Untuk sinopsis, silahkan klik disini.
Saya punya beberapa poin yang akan
saya bagikan, ini bisa poin positif maupun negatif, saya akan berusaha senetral
mungkin. Sekarang, mari kita lihat poin-poin yang saya catat setelah menonton Comic 8:
- Kuning. Iya, kuning. Saya ga tau
kenapa Comic 8 dibikin kuning, yang
jelas saya cukup terganggu dengan efek kuning tersebut. Bikin mata mudah capek
dan lelah. Kemudian, adegan slow motion yang cukup banyak. Pertama kali adegan
slow motion muncul keliatan menarik, tapi lama-lama jenuh juga dan akhirnya
bosan dengan slow motion yang hampir selalu ada di adegan tembak-tembakan.
- Comic 8 banyak memarodikan film atau adegan dari film lain. Seperti
Fast 6 dengan kata-kata dari Joe Taslim, “Hantam mereka!”, ada scoring dari
Sherlock Holmes (yang film, bukan serial) yang diambil dan ditambah-tambahi
sedikit, ada adegan Desperado atau film-film ala spanyol-mexico dengan adegan
action diiringi musik gitar akustik, ada sedikit unsur The Dark Knight, dan ada
sedikit unsur Inside Man. Kalo saya, ga ada masalah dengan parody-parodian ini,
tidak terganggu dan tidak terlalu memikirkan, ga tau dengan kalian.
- Karena ini film komedi, film ini
dituntut untuk lucu. Masalahnya adalah jumlah dan timing dari jokes di Comic 8. Terlalu banyak, sehingga kita
sebagai penonton, merasa jenuh dengan jokes yang menyempil di setiap adegan
film. Bahkan, saya sudah merasa jengah pada 45 menit pertama dengan jokesnya
yang agak dipaksakan. Selain dari jumlah jokes yang kebanyakan, timingnya juga
ga pas. Hasilnya, jokes ga kerasa “punch” nya, dan akhirnya jadi garing. Seharusnya,
ditempatkan lebih rapi lagi, mau dimana letak lucunya, dan dimana letak
seriusnya. Film komedi ga harus lucu setiap menit, perlu penempatan waktu yang
tepat pula.
- Cameonya banyak. Terdapat Ence
Bagus, Coboy Junior, Kiki Fatmala, Indro Warkop, Nikita Mirzani, Agung Hercules,
Candil Seurieus. (Untuk 4 nama terakhir, ternyata menjadi sosok sentral di film
ini).
- Best moment dari film ini malah
berada di credit scene, dimana mereka
menjadi comic, menjadi diri sendiri, tanpa berakting macam-macam. Oh ada juga
adegan favorit saya pas Nikita Mirzani menembak dengan senapan, itu juga keren.
Hehe.
- Twist nya terlalu gampang. Terlalu
menggampangkan. Sakit jiwa dan hipnotis adalah rumus terlalu mudah untuk
memberikan twist pada film Comic 8. Kalo
saya jujur, ga suka dengan twist seperti itu, tapi yah, mau apa lagi, udah
bayar 30 ribu kok. Btw, ini ga spoiler, kalian yang belum nonton masih bisa
nonton tanpa terbocorkan inti ceritanya kok.
Itu dia 6 poin dari saya. Comic 8 ingin sekali menyuguhkan hal
yang berbeda, keliatan sekali usahanya untuk menggunakan alur maju-mundur dan
efek kuningnya. Usaha film ini dalam promo juga cukup ngotot, hampir ada di
semua stasiun TV swasta, mungkin itu menjelaskan kenapa penontonnya banyak kali
ya.
Untuk kesimpulannya, saya merasa film
ini bisa dirapikan lagi, ga memaksa para comedian mengoceh terus-menerus, dan
comedy timingnya juga perlu dibenahi. Lumayan lucu dan visualnya menarik. Film komedi ini memang bukan yang terbaik untuk Indonesia, namun ini lebih baik baik daripada film horor-komedi-seks yang sempat marak. Anggaplah saja ini sebagai batu pertama perbaikan film komedi Indonesia.
Score: 75
Follow twitter saya untuk update
berita film: @aldypradana17
4 komentar
Setuju banget pak aldy, bagi yg udak kenal mereka dan joke nya pasti udah apal banget dan bisa nebak mereka mau ngapain. Pas nonton trailernya itu harapan ku, film ini bakalan lucu banget, eh.. pas nonton, lucu sih tp biasa gak pecah2 banget. apa karena udah biasa dgn joke mereka? hahaha. bagian terakhir itu emg pecah banget, walaupun joke nya udah sering banget dibawain tp tetep pecah, tp itu keluar pas credit saat penonton udah banyak yg ngeloyor. soal efek kuning, si sutradara kyknya emg hobi banget pake efek gituan, kyak yg dilakuin pas "mama cake". tp kesuluruhan cukup menghibur. ahahaha
ReplyKritikus pro pada bilang jelek sih filmnya, mungkin karena jokesnya bukan jokes khas film. Tapi, yakin deh, film para comic bakal banyak banget nantinya. Ngikutin Raditya Dika.
ReplySalah satu film komedi Indonesia terfavorit!
ReplyPosting Komentar