Plot
In modern day Japan, Wolverine is out of his depth in an
unknown world as he faces his ultimate nemesis in a life-or-death battle that
will leave him forever changed. Vulnerable for the first time and pushed to his
physical and emotional limits, he confronts not only lethal samurai steel but
also his inner struggle against his own immortality, emerging more powerful
than we have ever seen him before.
Setelah gagal di film pertamanya, Logan kembali beraksi di
film terbarunya, The Wolverine. Tanpa ekspektasi yang tinggi, saya hanya
berharap 'semoga film ini bisa menghibur saya', ga ada harapan yang berlebihan
sama film ini. Tapi, ternyata ekspektasi saya dipecah oleh Hugh Jackman yang
badannya gede banget di film ini. Tidak memakai cara yang sama kayak film X-Men
lainnya, atau bahkan film pertamanya sendiri, The Wolverine mampu membuat saya
terpuaskan *apa coba ini*. Dimulai dengan flashback saat zaman perang dunia 2,
lalu diselingi mimpi buruk Jean Grey yang terus datang berulang-ulang, The
Wolverine berjalan pelan dan bikin saya bilang, "Kok saya suka ya sama
film The Wolverine?"
(+)
1. Ga usah basa-basi lagi, langsung aja kita loncat ke
poin plus. Di poin plus yang pertama, setelah saya nonton film ini, saya akan
mengenal image Hugh Jackman = Wolverine, sama kayak Robert Downey jr. = Tony
Stark. Saya suka sekali dengan karakter Logan di film ini, pemarah, punya masa
lalu yang buruk, dan gagal move on. Akting Hugh Jackman juga ga
tanggung-tanggung. Beberapa kali mengeluarkan kata kasar emang jadi ciri khasnya
Logan yang susah untuk diatur. Lepas sudah ingatan saya tentang Hugh Jackman
yang bernyanyi ria di Les Miserables, hehehe.
2. Lebih serius. Bertempo lambat dengan porsi action yang dikurangi dari
film X-Men yang lain. Buat saya sih pas, adegan fight scene juga tertata dengan
tepat, dan cukup berkesan. Fight diatas kereta dan Wolverine versus Sengin
adalah adegan fight yang saya suka. 3) Ceritanya lebih personal. Kita akan
mengenal Wolverine lebih dekat dan lebih intim. It's much better than the first
movie. 4) Scene after mid credit.
Maafkan saya, tapi no spoiler. Silahkan tonton film sendiri filmnya. Yang jelas
bisa bikin penasaran sama film X-Men yang selanjutnya.
(-)
1. Kadang terlalu lamban, jumlah porsi drama ada yang
berlebihan, sampe membuat saya menguap di bioskop. Sepertinya penonton bioskop
yang lain juga merasakan itu. Untung aja segera ditutup dengan adegan
actionnya, kalo ga pasti pada bilang film ini ngebosenin banget. 2) Final fight dengan Silver Samurai
malah berlalu dengan cepat, walaupun tetap penuh dengan kejutan, tapi harusnya
bisa lebih diperpanjang agar lebih nancep lagi di ingatan penontonnya. 3) Bumbu
X-Men nya dikit banget. Hanya ada 3 orang yang punya kemampuan mutan,
Wolverine, Yukio, dan Viper. Saya sempet lupa kalo ini adalah film dari
keturunan X-Men, bukan film orang Amerika
bercakar yang nyasar di Jepang dan nolong seorang putri. 4) Karakter
lain kurang digali sih, tapi ga tau kenapa saya ga begitu peduli, saya sangat
fokus dengan karakter Wolverine.
"What monster are you?"
"I am Wolverine."
Ga ada kata-kata lain, selain suka dengan film ini. Segala
kekurangan yang ada masih bisa dimaklumi dan ditutupi dengan kelebihan yang
ada. Suka dengan tempo lambatnya yang ngalir. Buat saya, The Wolverine dan
Pacific Rim jadi film yang paling layak ditonton pada summer ini.
Score: 85
Posting Komentar